Meluruskan Nama-nama - Zheng Ming ( 正 名 )
Ketika
ditanya oleh Zi Lu, seorang muridnya, tentang apa yang seharusnya
pertama-tama dilakukan kalau ia memerintah sebuah negara maka Konfusius
menjawab: " Terlebih dahulu akan kuluruskan nama-nama".
Zi Lu
tidak mengerti atas jawaban tersebut dan Konfusius menjelaskan: "
Bilamana nama-nama tidak benar, maka pembicaraan tidak akan sesuai
dengan hal yang sesungguhnya. Bila pembicaraan tidak sesuai dengan hal
yang sesungguhnya, maka segala urusan tak dapat dilakukan baik-baik.
Bila pekerjaan tidak dapat dilakukan baik-baik, kesusilaan dan musik tak
dapat berkembang, hukumpun tak dapat dilakukan dengan tepat. Bila hukum
tak dapat dilakukan dengan tepat, maka rakyat akan merasa tiada tempat
untuk menaruhkan kaki dan tangannya. bagi seorang Junzi, nama itu harus
sesuai dengan yang diucapkan dan kata-kata itu harus sesuai dengan
perbuatannya. Itulah sebabnya seorang Junzi tidak gampang-gampang
mengucapkan kata-kata". ( Lun Yu XIII, 3 )
Cinta Kasih - Ren ( 仁 )
Menurut
Konfusius manusia yang bermartabat adalah manusia yang memiliki 'Ren'
atau Cinta Kasih. Konsep 'Ren' merupakan pusat kualitas moral manusia
intisari dari cinta terhadap sesama, perikemanusiaan, hati nurani,
keadilan, dan kasih sayang. Aksara China untuk Ren ( 仁 ) dibentuk dari
kata Ren ( 人 = 肕 manusia ) dan kata Er ( 二 = dua ) yang artinya hubungan
antara dua manusia atau hubungan manusia dengan manusia berdasarkan
kemanusiaan yang sama atau perikemanusiaan atau cinta kasih. Dalam
Konfusianisme "Ren' adalah idealisme moral tertinggi yang melandasi
etika moral lain yang ingin dicapai yaitu Kebenaran ( Yi ), Kesusilaan (
Li ), Bijaksana ( Zi ), dan Dapat Dipercaya ( Xin ).
Ketika Fan Chi ( murid Konfusius ) bertanya tentang 'Ren' , Konfusius menjawab," Cintailah manusia". ( Lun Yu XII, 22 ).
"Seorang
yang memiliki Ren ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lainpun
tegak: ia ingin maju, maka berusaha agar orang lainpun maju.". ( Lun Yu
VI, 30:3 ). Juga yang diri sendiri tidak inginkan hendaklah jangan
diberikan kepada orang lain. ( Lun Yu XII, 2 ).
Kepada Zi Zhang,
Konfusius berkata, "Ren adalah kesanggupan untuk mencapai lima hal
didunia, yaitu hormat, lapang hati, dapat dipercaya, cekatan, murah
hati". ( Lun Yu XVII, 6 )
Kebenaran - Yi ( 義 )
Yi
umumnya diartikan sebagai menjunjung tinggi kebenaran, keadilan,
kewajiban dan kepantasan. Menurut Fung Yu lan Yi berarti keadaan yang
seharusnya terjadi yang merupakan amar tanpa syarat. Setiap orang
mempunyai hal-hal tertentu yang seharusnya ia lakukan demi hal-hal itu
sendiri yang ditinjau dari sisi moral merupakan hal yang harus
dikerjakan karena benar. Jika orang mengerjakan hal itu karena
pertimbangan lain terletak diluar dibidang moral, walaupun ia
mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan , namun perbuatannya tersebut
tidak lagi merupakan perbuatan yang adil/lurus. Hal ini dapat kita
simak dari perkataan Konfusius sendiri, " Seorang Junzi hanya mengerti
akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan
keuntungan". ( Lun Yu IV, 16 ).
Kesusilaan - Li ( 禮 )
Pada
masa sebelum Konfusius, Li berarti kurban dalam upacara persembahan
kurban untuk memenuhi kehendak langit. Upacara atau ritual semacam ini
merupakan bagian dari peradaban China yang telah berlangsung selama
ribuan tahun. Konfusius kemudian memperluas makna kata Li dengan
pengertian baru yaitu kepatutan atau kepantasan perilaku terhadap orang
lain. Pengertian ini memiliki arti sangat luas yang meliputi semua
nilai-nilai etika, tata-krama, budi pekerti, kesopanan, norma sosial dan
moral. Jika harus diartikan dalam satu kata, maka kata yang tepat
adalah Kesusilaan.
Bagi Konfusius segala sesuatu yang berhubungan antara manusia dan manusia yang lain harus diatur menurut Li.
Yan
Yuan ( seorang murid Konfusius ) bertanya tentang cinta kasih.
Konfusius menjawab," Mengendalikan diri dan pulang kepada kesusilaan,
itulah cinta kasih. Bila suatu hari dapat mengendalikan diri pulang
kepada kesusilaan, dunia akan kembali kepada cinta kasih. Cinta kasih
itu bergantung kepada usaha diri sendiri. Dapatkah bergantung kepada
orang lain?" ( Lun Yu XII, 1:1 )
Yan Yuan meminta penjelasan
tentang pelaksanaannya. Konfusius menjawab," Yang tidak susila jangan
dilihat, yang tidak susila jangan didengar, yang tidak susila jangan
dibicarakan, dan yang tidak susila jangan dilakukan." ( Lun Yu XII, 1:2 )
Konfusius
berkata,"Menghormat tanpa mengenal kesusilaan akan merupakan pekerjaan
yang merepotkan. Berhati-hati tanpa kesusilaan akan menimbulkan perasaan
serba takut. Keberanian tanpa kesusilaan akan menimbulkan kekacauan.
Kejujuran tanpa kesusilaan akan menimbulkan perilaku kasar." ( Lun Yu
VIII, 2 )
"Tata cara itu harus selaras dengan kemurnian hati, dan
kemurnian hati terwujud dalam tata cara. Ingatlah kulit harimau dan
macan tutul jika dihilangkan bulu-bulunya tidak akan ada bedanya dengan
kulit anjing dan kambing." ( Lun Yu XII, 8 )
"Diatur dengan
undang-undang, dilengkapi dengan hukuman, menjadikan orang hanya
berusaha menghindar dan kehilangan harga diri. Diatur dengan kebajikan
dan dilengkapi dengan kesusilaan, menjadikan orang tumbuh rasa harga
diri dan berusaha hidup benar." ( Lun Yu II, 3: 1-2 )
"Bagi orang
yang tidak memiliki cinta kasih ( Ren ), apa arti kesusilaan ( Li )?
bagi yang tidak memiliki cinta kasih ( Ren ) apa arti musik ( Yue )?" (
Lun Yu III, 3 )
Lin Fang bertanya tentang inti kesusilaan.
Konfusius menjawab,"Didalam upacara daripada mewah menyolok lebih baik
sederhana. Didalam upacara duka, daripada meributkan perlengkapan
upacara lebih baik ada rasa sedih yang tulus". ( Lun Yu III, 4; 1-3 )
Bijaksana - Zhi ( 智 )
Zhi
secara harafiah artinya kearifan atau kebijaksanaan, juga berarti
kecerdasan atau kepandaian. Zhi merupakan gabungan dari kata anak panah (
失 shi ) dan mulut ( 口 kou ), artinya mengetahui atau menyadari ( 知 Zhi
). Dan dibawahnya ada kata Ri ( 日 ) yang artinya hari, matahari, atau
setiap hari. Maka anda dikatakan bijaksana kalau setiap hari memiliki
kesadaran atau selalu sadar. Bagaimana konsep kebijaksanaan menurut
Konfusius, mari kita ikuti ajaran beliau dibawah ini.
Konfusius
berkata, "Bila melihat seorang yang bijaksana, berusahalah menyamainya
dan bila melihat seorang yang tidak bijaksana, periksalah dirimu
sendiri," ( Lun Yu IV, 17 )
"Bila melakukan kesalahan, jangan takut untuk memperbaikinya." ( Lun Yu I, 8 : 4 )
"Bila
kamu tahu berlakulah sebagai orang yang tahu, bila kamu tidak tahu
katakanlah bahwa kamu tidak tahu. Itulah yang disebut mengetahui." ( Lun
Yu II, 17 )
"Orang yang suka cinta kasih ( Ren ) tetapi tidak
suka belajar akan menanggung cacat bodoh. Orang yang suka kebijaksanaan (
Zhi ) tetapi tidak suka belajar maka akan menanggung cacat kalut jalan
pikiran,..... ( Lun Yu XVII, 8 )
Ungkapan tersebut menunjukkan
bahwa Konfusius mengajarkan agar dalam mencapai kebijaksanaan untuk
tidak ragu-ragu untuk mengikuti perilaku bijak orang lain dengan
semangat selalu mawas diri dan berani mengoreksi kesalahan diri sendiri.
Konfusius juga mendasarkan bahwa kebijaksanaan harus dicapai dengan
dilandasi semangat kejujuran dan keterbukaan. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah semangat dan kesukaan akan belajar yang tinggi
merupakan sarana untuk mencapai kebijaksanaan.
Pada waktu
Konfusius berada diistana, kandang kudanya terbakar. Setelah pulang ia
bertanya,"Adakah orang yang terluka?" Ia tidak menanyakan tentang
kudanya. ( Lun Yu X, 17 )
Pasal tersebut menunjukkan sikap bijak
yang sangat tinggi yang dimiliki Konfusius, karena pada saat harta
kekayaannya terancam yang nomor satu diingatnya adalah nasib
orang-orangnya. Mungkin namanya tidak akan dicatat sejarah seandainya
pertanyaannya salah pada saat itu.
Layak Dipercaya - Xin ( 信 )
Xin
secara harafiah artinya dapat atau layak dipercaya dan dapat juga
berarti surat. Kata Xin berasal dari gabungan dua kata, yaitu kata Ren (
人 ) yang berarti manusia dan Yan ( 言 ) yang berarti kata-kata atau
ucapan. Manusia bersandar kepada kata-katanya mengandung arti jika
manusia konsisten dengan kata-katanya maka ia layak dipercaya. makna
yang lain adalah hanya mahluk manusia yang dapat mengungkapkan
kata-katanya secara tertulis, maka Xin artinya juga surat.
Berikut adalah ajaran Konfusius tentang konsep Xin, sebagai berikut:
"
Seorang yang tidak layak dipercaya entah apa yang dapat dilakukan? Itu
seumpama kereta besar yang tidak mempunyai sepasang gandaran atau
seumpama kereta kecil yang tidak mempunyai sebuah gandaran, entah
bagaimana menjalankannya?" ( Lun Yu II, 22 )
Ketika ditanya soal
pemerintahan Konfusius menjawab," Harus cukup makan, cukup persenjataan,
dan ada kepercayaan rakyat." Ketika ditanya jika terpaksa ada yang
tidak dapat dipenuhi dari ketiga hal tersebut yang mana dapat dilewatkan
Konfusius menjawab, " Persenjataan dapat dilewatkan." Ketika ditanya
mana yang dapat dilewatkan jika masih ada yang tidak dapat dipenuhi dari
dua yang tersisa Konfusius menjawab, " Lewatkan makanan. Sejak jaman
dahulu selalu ada kematian; tetapi tanpa kepercayaan rakyat, negara
tidak dapat berdiri." ( Lun Yu XII, 7 )
Dari ungkapan-ungkapan
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Konfusius mengajarkan bahwa
seseorang harus memiliki sifat layak dipercaya karena dengan ia memiliki
sifat layak dipercaya ia akan mendapat kepercayaan dari orang lain dan
masyarakat. Sifat layak dipercaya adalah landasan utama dari semua
hubungan manusia didunia. Demikian juga pemerintah yang baik adalah yang
mendapat kepercayaan dari rakyatnya. Untuk bisa mendapat kepercayaan
dari rakyatnya tentu pemerintahan tersebut harus memiliki
pejabat-pejabat yang layak dipercaya.
Setia & Tepa Sarira - Zhong Shu ( 忠 恕 )
Setia
atau Zhong ( 忠 ) terdiri dari gabungan dua kata yaitu Hati ( Xin 心 )
dibawah kata Tengah ( Zhong 中 ). Artinya orang yang berperilaku setia
adalah orang yang memiliki hati yang terletak ditengah atau hati yang
terletak ditempat yang semestinya.
Tepa Sarira atau Tenggang Rasa
( Shu 恕 ) terdiri dari kata Seperti ( Ru 如 ) dan Hati ( Xin 心 ).
Artinya Tepa Sarira atau Tenggang Rasa adalah perbuatan yang muncul dari
hati. Maka seorang manusia yang sudah kehilangan hatinya tentu sudah
kehilangan kemampuannya untuk bertenggang-rasa.
Konfusius
berkata,"Shen ( Nama panggilan Zeng Zi, salah seorang muridnya ),
ketahuilah Tao yang kumiliki itu satu tetapi menembus semuanya". Zeng Zi
menjawab, " Ya, Guru." Setelah Konfusius pergi, murid-murid yang lain
bertanya apa maksud kata-kata sang Guru tadi. Zeng Zi menjawab,"Tao atau
jalan suci Guru itu tidak lain adalah Setia dan Tepa Sarira ( 忠 恕 Zhong
Shu )". ( Lun Yu IV, 15 )
Takdir - Tian Ming - ( 天 命 )
Huruf
Tian ( 天 ) berasal dari huruf Da ( 大 ) yang artinya besar, ditambah
satu garis diatasnya menjadi Tian ( 天 ), yang artinya yang paling besar
adalah langit. Maka Tian ( 天 ) secara harafiah artinya Tuhan, Surga,
atau Langit sebab dialah yang paling besar. Kata Ming ( 命 ) berasal dari
gabungan dua kata, yaitu kata Kou ( 口 ) yang berarti mulut dan Ling ( 令
) yang berarti perintah atau komando. Gabungan dua kata tersebut
menghasilkan Ming ( 命 ) artinya: hidup, nyawa, nasib, takdir, perintah,
titah. Sementara jika huruf Tian dan Ming digabungkan artinya menjadi:
kehendak Tuhan, takdir, mandat dari Tuhan.
Berikut adalah ajaran Konfusius tentang konsep Tian Ming, sebagai berikut:
Guru
berkata,"Pada waktu berusia 15 tahun, sudah teguh semangat belajarku.
Pada usia 30 tahun tegaklah pendirian. Pada usia 40 tahun tida lagi
keraguan dalam pikiran. Pada usia 50 tahun telah mengerti Takdir Tuhan.
Pada usia 60 tahun pendengaranku telah menjadi alat yang patuh untuk
menerima kebenaran. Dan di usia 70 tahun aku sudah dapat mengikuti
hatiku dengan tidak melanggar garis kebenaran." ( Lun Yu II, 4 )
Guru
berkata,"Seorang Junzi memuliakan tiga hal, memuliakan Takdir Tuhan,
memuliakan orang-orang besar, dan memuliakan sabda luhur para nabi.
Seorang rendah budi tidak mengenal dan tidak memuliakan Takdir Tuhan,
meremehkan orang-orang besar dan mempermainkan sabda para nabi." ( Lun
Yu XVI, 8 )
Guru berkata,"Yang tidak mengenal Takdir, ia tidak
dapat menjadi seorang Junzi. Yang tidak mengenal Li ( kesusilaan ) ia
tidak dapat teguh dalam pendirian. Yang tidak mengenal perkataan, ia
tidak dapat mengenal manusia," ( Lun Yu XX, 3 )
Dengan sedih Sima
Niu berkata,"Orang lain mempunyai saudara, namun aku sebatang kara." Zi
Xia berkata," Apa yang pernah aku dengar ( dari Konfusius ) demikian
'mati hidup adalah Takdir, kaya mulia ditentukan Tuhan. Seorang Junzi
selalu bersikap sungguh-sungguh, maka tiada khilaf. Kepada orang lain
bersikap hormat dan selalu bersikap susila. Maka di empat penjuru lautan
semuanya saudara. Mengapa seorang Junzi merana karena tidak mempunyai
saudara?" ( Lun Yu XII, 5 )
Dari ungkapan-ungkapan tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa Konfusius mengajarkan bahwa ada hal-hal
yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Manusia hanya dapat berusaha
untuk terus belajar untuk meraih kebijaksanaan ( Zhi ), memahami dan
mengamalkan kesusilaan ( Li ), cinta kasih ( Ren ), kebenaran ( Yi ),
dan sikap dapat dipercaya ( Xin ). Ideal yang ingin dicapai adalah
menjadi seorang Junzi. Perkara hidup mati, kaya dan mulia tidaklah perlu
dirisaukan karena hal itu adalah Tian Ming atau Takdir Tuhan.
Manusia Budiman - Jun Zi ( 君 子 )
Jun
Zi jika harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah
manusia budiman, susilawan, seorang manusia dengan seluruh kebijakan dan
keagungannya. Padanan kata dalam bahasa Inggrisnya adalah gentleman.
Menjadi Jun Zi adalah idealisme moral manusia tertinggi yang harus
dicapai dalam Konfusianisme.
" Seorang Jun Zi memegang kebenaran
sebagai pokok pendiriannya, kesusilaan sebagai pedoman perbuatannya,
mengalah dalam pergaulan dan menyempurnakan diri dengan sikap dapat
dipercaya. Demikianlah Jun Zi". ( Lun Yu XV, 18 )
"Seorang Jun Zi menuntut diri sendiri, seorang rendah budi menuntut orang lain". ( Lun Yu XV, 21 )
"Seorang Jun Zi bukan alat". ( Lun Yu II, 12 )
"Seorang
Jun Zi mengutamakan kepentingan umum, bukan kelompok; seorang rendah
budi mendahulukan kelompok; bukan kepentingan umum". ( Lun Yu II, 14 )
"Seorang Jun Zi mau berlomba tetapi tidak mau berebut, mau berkumpul tetapi tidak mau berkomplot". ( Lun Yu XV, 22 )
"Seorang Jun Zi tidak memuji seseorang karena kata-katanya, dan tidak menyiakan kata-kata karena orangnya". ( Lun Yu XV, 23 )
Tiga Hubungan Tata Krama - San Gang ( 三 綱 )
Dalam
masyarakat yang beradab pasti diperlukan suatu tata hubungan yang
mengatur norma-norma kepantasan atau kepatutan hubungan antar anggota
masyarakat tersebut. Nah, San Gang adalah tiga hubungan tata krama
antara:
1. Seorang raja dengan para menterinya, atau antara seorang atasan dengan
para bawahannya.
2. Seorang ayah dengan anaknya.
3. Seorang suami dengan istrinya.
Lima Norma Kesopanan - Wu Lun ( 五 倫 )
Lima
norma kesopanan dalam masyarakat terdiri dari San Gang ditambah dua
norma lainnya, yaitu hubungan antar saudara dan hubungan antar teman.
1. Seorang raja dengan para menterinya, atau antara seorang atasan dengan
para bawahannya.
2. Seorang ayah dengan anaknya.
3. Seorang suami dengan istrinya.
4. Seorang kakak dengan adik.
5. Seorang teman dengan teman.
Minggu, 08 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar